Sunday, November 7, 2010

Jangan Pernah Lelah (Part 1)

Jangan Pernah Lelah (JPL) adalah kumpulan perjalanan dan pengalaman sebagai seorang pencari kerja, mudah-mudahan kita semua bisa mengambil hikmah dan cepat mendapat pekerjaan impian kita setelah membaca tulisan ini :)


Samsung Electronic Indonesia (SEIN) merupakan perusahaan pertama yang memberikan kesempatan untuk saya merasakan persaingan memperebutkan pekerjaan. Adapun SEIN membuka lowongan untuk dua posisi bagi Teknik Industri yakni RnD engineer dan purchasing engineer. Melihat deskripsi kerjanya saya lebih tertarik dan melamar untuk posisi purchasing engineer. Pertimbangannya karena istilah-istilah purchasing lebih ke-Tian daripada RnD yang dibayangan saya lebih cocok untuk jurusan elektro atau informatika.

Pengalaman yang menarik mengenai tes kerja pertama ini ada banyak sekali. Dimulai dengan nama saya yang terlempar dari daftar peserta tes di ITB dan malahan disuruh ikutan di IT Telkom yang jauhnya minta ampun dari kosan saya, hahaha. Berikutnya karena sebenernya hari tes bertepatan dengan jadwal latihan sidang saya dengan pembimbing. Alhamdulillah saya sempet menulis email meminta izin untuk menunda latihan sidang dan hanya disuruh mengirimkan file presentasi sidang saya. Kembali ke test, hari itu saya datang ke IT Telkom dengan perasaan tegang sekaligus jumawa karena ternyata saya satu-satunya peserta dari ITB namun sekaligus kesal kenapa sampe dapat di sini tesnya. Tes hari itu adalah Aptitude Test dan TOEIC Test yang menurut saya standar lah tidak susah namun tidak gampang jg . Alhamdulillah saya lulus untuk hari itu dan diundang tes wawancara user dan HR keesokan harinya di ITB.

Untuk hari kedua saya ternyata masih saja degdegan akut, apalagi ditambah dengan bakal menghadapi wawancara dengan orang Korea nya langsung yang jumlahnya lebih dari satu dan ENGLISH (I know my speaking is not good). Benar saja selama wawancara dengan user (atasan atau rekan kerja kita kelak) yang berjumlah dua orang Korea, saya katakan wawancaranya sangat Jelek sekali, tegang dan tidak bisa komunikasi dengan baik. Kejadian konyol adalah ketika saya disuruh menggambar mould di kertas gara-gara salah menyampaikan bahwa saya Kerja Praktek menganalisis kerja (tingkat produktivitas) Die Casting bukan meneliti mouldnya yang bentuknya saja sudah lupa (my bad). Berikutnya wawancara HR, lagi bertemu dengan 3 orang, namun kompoisisnya 2 orang Indonesia dan 1 orang Korea, di sini pertanyaan gak teknis namun tricky, ini baru disadari saya kemudian (bukan pas wawancara).

Walhasil dari proses di atas, akhirnya saya tidak lulus untuk proses terakhir yaitu untuk Medical Check Up. Ada perasaan sedih tapi juga bersyukur karena dapat pengalaman tes kerja di sini. Kesibukan Tugas Akhir dan Sidang kembali lagi.

Pelajaran penting : belajar komunikasi inggris, jangan gugup siapapun lawan bicara kita


Kesempatan kedua datang dari Astra International (AI). Perusahaan induknya group Astra yang sangat terkenal itu. Kebetulan AI waktu itu merupakan peserta di jobfair SBM ITB dan membuka beberapa lowongan kerja. Seingat saya waktu itu saya melamar dua posisi (maksimal memang dua2) yakni posisi MT (management trainee) untuk marketing dan supply chain, namun yang diproses ternyata yang Marketing .

Pelaksanaan tes berlangsung di Gedung Pascasarjana Unpad Dipatiukur. Sampai di gedung saya malah bertemu anak-anak Teknik Industri seperti Budi, Fath, Deri, dan Ka Reza 2005. Ternyata saat itu Budi dan Deri tidak mengikuti tes AI melainkan Sampoerna yang juga mengadakan tes di tempat ini (laku bener ya Unpad ). Saya, Fath, dan Ka Reza yang mengikuti tes AI. Tes AI ternyata dikemudian hari ditetapkan sebagai tes yang paling melelahkan. Tes pertama adalah psikotes yang dibagi menjadi 3 bagian dengan sistem gugur kecuali bagian terakhir digabung dengan wawancara psikolog saat itu juga. Menurut saya psikotesnya cukup mudah dibandingkan dengan samsung sebelumnya namun lebih lengkap seperti tes numerik, verbal, dan menggambar. Di dua bagian awal psikotes saya begitu lancar mengerjakan tes, namun keadaan sebaliknya muncuk ketika memasuki bagian 3 yakni menggambar pohon dan orang serta 8 kotak, tanda-tanda kelelahan dan malas mulai mendominasi dipikiran saya sehingga mengerjakan seadanya saja dan tidak berusaha maksimal, kalo tidak salah jam sudah menunjukkan pukul 3 sore dimana tes dimulai jam 9 pagi. Beres psikotes bagian 3 kemudian seluruh peserta termasuk saya menunggu panggilan wawancara Psikolog.

Menunggu memang membosankan apalagi ternyata saya kebagian jam 5 sore wawancaranya. Ternyata wawancara Cuma 10 menit dan pertanyaan hanya seputar kehidupan sehari-hari saja. Namun saya melakukan kesalahan fatal nampaknya ketika menjawab tidak bersedia ditempatkan di pabrik karena pengalaman Kerja Praktek menghadapi mesin die casting yang panas sekali (kesalahan ini baru disadari di kemudian hari)

Pengumuman hasil wawancara ternyata tidak sebentar namun hampir memasuki 1 bulan lamanya. Tentu saja hasilnya memang adalah sebuah rejection letter. Perasaan sedih ada namun tetap otpmis kedepannya .

Pelajaran penting : harus selalus siap (atau berusaha disiap2 kan) ditempatkan dimanapun dan diposisi apapaun anda bekerja kelak